Tapi,
Saatku kedipkan mata ini, samar memutih bayangmu menghilang,
Tersapu ombak, memudar kabur dan
Kau sirna...
Kadang kau kembali,
Dan
Kau bersiul di derunya gemuruh ombak.
Memecah keheningan,
Membelah kerisauan,
Menyapu keresahan,
Menghapus kerinduan,
Ku....
Lalu....
Kau...
Lepas dari pandanganku,
Lekas kau membungkuk luluh,
Berbaring dan hanyut bersama derasnya arus.
Aku tahu,
Aku ragu,
Aku malu,
Kau,
Ku,
Kau dan Aku,
Hanyalah fatamorgana di tengah panasnya surya.
Aku cemburu...
Tapi....
Kau semakin berlalu...
Walau ku semakin merindumu.
sejuta kenangan tersembunyi dalam benakku impian dan harapan menjadi cibiran pilu di hari yang penuh sesak sembringas dalam akordion lalu petaka tak lekang menghampiri cubitan-cubitan nakal penghuni neraka sesekali merebahkan dinding kepolosanku demi tulang-belulang yang terbekukan karena teriknya hari dinginnya waktu dan tersepuhnya naluri yang sadis dini hari aku terbangun mendengar jeritan sunyi tangisan sang bayi dalam rahim sang istri rebah tak berdaya terlentang di sudut rumah bambu
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan membaca tulisan kecil ini, semoga bermanfaat. Jangan lupa beri komentar untuk memperbaiki isi blog ini.
Salam sahabat dan sejahtera.....