Ketika embun meneteskan bulirnya, aku tepat di bawah itu.
Ketika sunyi menyuarkan riuhnya, aku tepat di dekatnya.
Ketika langit tertidur lelap, aku tepat di pusaranya.
Berdebar, berdentum, berdetak, berbaur dengan kerisauan.
Sepa, sepi, sepu, sipu, suapi, sepilar kebimbangan di dada...
aku berlari, namun ku dim, aku memanjat, tapi ku diam, aku berdiri, tapi ku bersila, aku tertidur, namun ku terbangun....karena.....sepoy riuhnya angin, karena....semilir hembusan angin, karena....aku tak tahu ini apa?
.....dan....ku....
hanya menganga....
bukan,
tapi iya....
aku tak tahu....
sejuta kenangan tersembunyi dalam benakku impian dan harapan menjadi cibiran pilu di hari yang penuh sesak sembringas dalam akordion lalu petaka tak lekang menghampiri cubitan-cubitan nakal penghuni neraka sesekali merebahkan dinding kepolosanku demi tulang-belulang yang terbekukan karena teriknya hari dinginnya waktu dan tersepuhnya naluri yang sadis dini hari aku terbangun mendengar jeritan sunyi tangisan sang bayi dalam rahim sang istri rebah tak berdaya terlentang di sudut rumah bambu
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan membaca tulisan kecil ini, semoga bermanfaat. Jangan lupa beri komentar untuk memperbaiki isi blog ini.
Salam sahabat dan sejahtera.....