Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Euforia Hidup

sejuta kenangan tersembunyi dalam benakku impian dan harapan menjadi cibiran pilu di hari yang penuh sesak sembringas dalam akordion lalu petaka tak lekang menghampiri cubitan-cubitan nakal penghuni neraka sesekali merebahkan dinding kepolosanku demi tulang-belulang yang terbekukan karena teriknya hari dinginnya waktu dan tersepuhnya naluri yang sadis dini hari aku terbangun mendengar jeritan sunyi tangisan sang bayi dalam rahim sang istri rebah tak berdaya terlentang di sudut rumah bambu

Sajak untukmu di sana (Heny)

hari ini dia datang menyapa mengirimkan secuil pesan  tapi... bukanlah untukku  hanya untuk sahabatnya terpaksa ku tahan rasa cemburu meskipun waktu waktu yang selalu membuatku cemburu tapi... biarlah.... semoga angin membawa setetes mengguyur rasa cemburu derasnya menghapus lara di dada unukmu angin dan hujan segeraah, kau berheni jika kau tahu aku lelah dibasuh aku tak mau awan di atas sana juga matahari, datang dan melelehkan bekunya rasaku (ku tulis untuk Heny Shonari)

Sajak dari yang Terbawah

Sajak dari yang Terbawah Kugoreskan tajamnya mata pena Di kedalaman kalbu anak didikku Kadang ku hapus dan ku tulis kembali Sajak-sajak tua dan sebait puisi cinta dan lara Pantun pun aku goreskan Agar dibenaknya bersemburat tawa Hah, semakin banyak puisi ku tulis Aku lelah menanti bapak memberiku tinta perak ataupun emas Sampai saat ini hanya tinta hitam dan biru kadang merah darah dari arang yang belum berabu Sajak ini untuk Bapak di sana Petinggi-petinggi yang belum tau aku di sini

Selembar Surat Kontrakku

Makin hari, rasa ini kian tersakiti Ku nantikan hari itu, kutunggu, namun kenapa? Ah, ini mungkin hanya ujian Tuhan, mungkin juga mengujiku tuk sabar, tapi ataukah memang ini adalah siksa? Jika ini adalah sikra, ku mohon, sudahilah sampai di sini, akhirilah derita ini. Aku mohon ya Allah... Aku melihat binar-binar air mata, tiba-tiba menggelayut dan jatuhlah di pipinya. Terlihat pula tangannya mulai mengusap, mereda mendung dan berhujan. Wajahnya yang sembab menjadi gemuruh, gelegar membahana merenggut jiwa, dan aku sdmakin resah gelisah. Sementara itu, aku masih terdiam, menunggu, dan menanti selembar surat kontrak... Haah, aku semakin resbh, tapi ku percaya Tuhan adalah segalanya, dan Dialah, adil untuk umat-Nya.

Pesan Ibu Pertiwi

Pesan Ibu Pertiwi oleh Drs. Ruwiyantoro Anak-anakku seluruh Nusantara Tanah airmu sangat subur Karenanya kamu harus bersyukur Sang surya selalu bercahaya Lautan, daratan sejauh mata memandang Ribuan pulau luas terbentang Nusantara, zamrud hijau khatulistiwa Bangsa asing datang berdagang Kemudian berubah   menjadi penjajah Rakyat di hina, rakyat mengalah Ratusan tahun Belanda menjajah Pahlawan berjuang pantang menyerah Patah tumbuh hilang berganti Rela berkorban demi Ibu Pertiwi Anak-anakku seluruh Nusantara Kalian bertanya dalam kalbu Mengapa penjajah selama itu Penjajah memecah-belah, mengadu domba Tujuh Belas Agustus 1945 Bangsa Indonesia bersatu semua Bertekad merdeka atau mati Penjajah lari dari Bumi Pertiwi Pahlawan ikhlas berkorban segala Memberikan harta dan nyawa Tak mengharap balas jasa Demi tanah air tercinta Anak-anakku   seluruh Nusantara Para pahlawan hanya meminta Ingat selalu dalam kalbu Kalian bangsa yang satu Anak-anakku seluruh nusantara Pesan ibu cantumkan

Malamku yang Sunyi

Malam ini sungguh malamku yang sangat membelenggu. Tak ada tulisan dan buku. Tanganku hampa,pegal gelagat jiwa menanti dia. Sungguh dia pergi,tak kunjung jua. Tak kembali walau ku menanti,namun, ku tak perduli,mati ataupun tak mati. Biarlah angin,awan,dan hujan kan menyampaikannya.

Kontes Review Dhana Discussion

Cerita “Dhana” tentang Aku, Kau, dan Dia secangkir kopi bubuk, hitam pekat ku suguhkan di depan kaca kompiku terlihat, kepulan asapnya melenggok girang, menari-nari menggodaku tanpa henti ku tersentuh, kucumbu bibirnya dengan peluh hangat terasa dalam jiwa, dan ku nikmati seseduk-demi seduk lupa jiwa, raga, dan hampa tak berasa “cangkir itu” melupakan waktuku sesaat ku memandang, dengan lirikan kesut, dekat di depan kaca mataku jam dinding berputar-putar, lelah “mengingatkanku”, tapi, tetap, ku tak hiraukan demikian pun, samar-samar terdengar dari rumah di sana, rumah agung, suara penyeru merdu “ku tak hiraukan” dua puluh lima menit waktu hampir berganti, pukul empat belas tiga puluh lima ku lekas duduk manis, bergoyang ke kanan dan ke kiri, kadang ku putarkan bak rotasi bumi tangan kanan, ku sentuhkan pada tangan kompi kiri, meremas jemarinya, lalu ku tulis kata dalam “cari” “Dhana” ku sentuhnya, ku buka perlahan-lahan, dan sampai di sinilah aku bicara, Dhana, yang ku baca dalam wa

Fatamorgana

Fatamorgana Kupandangi langit biru di sudut rumah berpelapah tua ku saksikan sang surya berjalan perlahan melangkah setapak demi setapak Sesaat ku memandang, berdiri tegak nyiur muda daun pisang  berhijau, memanjang berderet di sungai  berbatu Berdetak nyawa di dada siapakah diri ini? kenapa aku di sini? apa yang ku cari? Tak ada jawaban resah dan gelisah menyelimuti Ku lihat sesosok wanita muda beranak bocah lelaki  hanya senyuman bergunam keheranan TAK ADA JAWABAN Ku tanya daun-daun melampai ria TAK ADA JAWABAN Ku tanya pada angin menjawab kelelahan TAK ADA JAWABAN Lalu..... Semua bungkam.

Ragam dan Manfaat Menyimak

Ragam Menyimak Kegiatan menyimak mempunyai bentuk yang beraneka ragam. Ragam menyimak menurut Sutari, dkk (1997: 28-33),  diklasifikasikan berdasarkan sumber suara, taraf aktifitas menyimak, taraf hasil simakan, cara penyimakan, bahan simakan, tujuan menyimak, dan tujuan spesifik. Berdasarkan sumber suara yang disimak, terdapat dua ragam menyimak, yaitu menyimak intrapribadi dan menyimak antarpribadi. Menyimak intrapribadi adalah suara yang disimak berasal dari diri sendiri, sedangkan menyimak antarpribadi adalah menyimak suara yang berasal dari orang lain. Berdasarkan taraf aktifitas menyimak dibedakan atas kegiatan menyimak taraf rendah dan taraf tinggi. Menyimak bertaraf rendah disebut silent listening. Menyimak taraf rendah hanya memberikan perhatian, dorongan dan menunjang pembicaran. Sedangkan menyimak taraf tinggi disebut  active listening. Menyimak taraf tinggi biasanya diperlihatkan penyimak dengan mengutarakan kembali isi simakan. Berdasarkan taraf hasil simakan terdapat bebe

Keterampilan Menyimak

Keterampilan Menyimak 1.        Pengertian Menyimak Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan oleh oarang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam menyimak sangat besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha untuk memahami apa yang disimaknya sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan. (Sutari dkk 1997 : 17). Menurut Anderson (dalam Sutari dkk. 1997  : 19) dalam ketrampilan menyimak, kemampuan menangkap dan memahami makna  pesan baik yang tersurat maupun yang tersirat yang terkandung dalam bunyi, unsur kemampuan mengingat pesan, juga merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengertian menyimak. Maka dengan demikian menyimak dapat dibatasi sebagai proses besar mendengarkan, menyimak, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan.  Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interperensi untuk m

Pengertian Bahasa

Pengertian Bahasa Apa itu bahasa? Untuk menjawab pertanyaan  tersebut, ada baiknnya jika kita memperhatikan beberapa  pengertian bahasa tersebut berdasarkan  pengertian umum dengan melihat kamus umum,  sebagai istilah linguistik dengan melihat kamus linguistik,  dan menyimak aneka pendapat para ahli dari latar belakang yang berbeda. Dalam kamus umum, dalam hal ini Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990: 66) bahasa diartikan sebagai  sistem lambang bunyi  berartikulasi  yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional  yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Kamus Webster mendefinisikan bahasa sebagai  A systematic  means of communication ideas or feeling by the use of communication sign, sounds, gestures, or mark having understood meanings. Dari dua makna umum tentang bahasa di atas,  ada persamaan yang jelas. Persamaan itu adalah bahwa bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi  antar manusia untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan mengguna

Apakah Majas itu?

Sebelum kita telaah apakah majas itu? Kemudian apa saja pembagian-pembagiannya? Mari kita perhatikan cuplikan esai berikut ini! “Orde baru tumbang. Namun hal itu tidak serta-merta menunjukkan bahwa kemenangan telah datang. Reformasi yang bergerak dari nurani mahasiswa dengan cepat mengalami pergeseran makna dan fungsi. Tiba di tangan elit politik dan penguasa baru, reformasi menjadi jargon politik. Maknanya pun aus. Semakin lama kata itu semakin kehilangan darah.” Tulisan di atas menjadi lebih menarik berkat pemakaian kata-kata bermetafor. Kata “tumbang” yang lazim disandingkan dengan kata “pohon”, kemudian dikreasikan dengan gender waktu orde baru. Kata “bergerak” yang awalnya digunakan untuk makhluk hidup, kemudian digunakan kepada sesuatu yang “abstrak”, reformasi; demikian halnya dengan kata “darah”. Cuplikan di atas dapat memberikan gambaran kepada kita terhadap apa itu gaya bahasa. Gaya bahasa sering digunakan dalam karangan fiksi  seperti dalam puisis, cerpen, novel, esai, atau